Minggu, 26 Juli 2015

Ego-mania

"Tidak ada cara yang lebih cepat untuk mengusir orang lain dari hidup Anda selain sikap yang hanya mementingkan diri sendiri saja" 



Mungkin Anda tahu bahwa pernyataan diatas benar, mungkin Anda juga tidak menyukai orang yang selalu mementingkan diri sendiri. Namun apakah Anda tahu apa yang mendorong seseorang untuk bersikap seperti itu?

Ego. Itulah istilah untuk menjelaskan dorongan-dorongan survival yang dimiliki setiap manusia untuk memastikan agar dirinya tidak binasa. Di zaman dahulu, orang-orang yang kuat adalah orang yang mampu berburu, membangun rumah yang aman, kemudian berkeluarga. Berbagai ancaman berbahaya dari hewan buas selalu mengintai di luar rumah. Karena demikian, itulah saat-saat dimana ego berperan sangat besar dalam perkembangan kehidupan manusia.

Pada zaman itu, orang-orang primitif yang laki-laki memamerkan ototnya untuk menunjukkan seberapa kuat diri mereka agar orang lain mau menjadi bagian dari pasukannya. Sedangkan yang perempuan memamerkan kemolekan tubuhnya agar para pria yang kuat mau memper-istri-nya dan menjadikannya ibu dari anak-anaknya. Semua itu dilakukan untuk satu hal, bertahan hidup (survival).

Saat ini, dimana ancaman dari hewan buas sudah tidak terlalu mengancam peradaban kita, dorongan yang dimiliki manusia untuk bertahan hidup ternyata tidak berkurang sama sekali. Kita masih sama takutnya untuk tidak memiliki teman seperti ketika orang-orang primitif takut akan mati karena tidak memiliki teman yang menjaganya dari hewan buas.

Sangat wajar jika seseorang takut tidak memiliki teman, karena hal itu menyangkut keberlangsungan hidup manusia. Namun, apakah Anda tahu bagian yang paling menyedihkan? bahwa sebenarnya kita masih menggunakan cara yang sama untuk mencari teman dengan para orang-orang primitif! Kita memang sudah tidak memamerkan otot-otot dan kemolekan tubuh kita (walaupun sebagian orang masih ada yang cukup primitif untuk melakukan itu) untuk menarik perhatian orang lain. Saat ini kita melakukannya dengan berbagai cara yang jauh lebih halus

Memamerkan materi telah menjadi sarana yang paling akrab kita jumpai di peradaban kita saat ini bukan? Walaupun di era informasi ini cara kita show-off atau pamer sudah diperhalus (contoh : meng-upload foto ketika sedang berada di restoran mewah, mengenakan pakaian mewah, di depan mobil pribadi yang mewah), entah disadari atau tidak, perilaku-perilaku ini adalah perilaku yang sama dengan yang orang-orang primitif lakukan, ya! untuk menarik perhatian orang lain dan membuat mereka tertarik menjadi teman kita karena kelebihan dan kekuatan yang kita miliki.
Saya tidak ingin menghakimi perbuatan tersebut baik atau buruk, saya mengerti bahwa semua orang melakukannya, saya juga pernah melakukannya, untuk sekedar memuaskan hasrat ego kita.


Ego adalah sisi "Sang Aku" pada diri manusia. 
Ego membuat kita ingin dihormati, dipuji, dan diagung-agungkan.
Ego membuat kita merasa bahwa kita adalah pemeran utama dari kehidupan ini.
Ego membuat kita sangat haus perhatian.
Ego membuat kita selalu merasa benar.
Ego membuat kita hanya memikirkan diri sendiri saja.


Jika dipikir-pikir, sebenarnya yang kita butuhkan hanya satu, memiliki seorang teman! 
Namun ego yang sebenarnya didesain untuk menjamin keberlangsungan hidup manusia sebagai "binatang sosial" malah dapat menjadi senjata makan tuan jika tidak dijinakkan.

Menurut saya, tidak ada yang lebih menyebalkan daripada harus bersama orang-orang yang dibutakan ego. 
Isi pembicaraan orang-orang yang dibutakan ego selalu tentang Aku, Aku, dan Aku. Duh!

"Para individu yang tidak tertarik pada sesama manusia lah," tulis psikolog terkenal dari Wina, Alfred Adler, "yang mengalami kesulitan terbesar di dalam hidup dan menimbulkan kerusakan terbesar untuk orang lain. Dari individu-individu semacam itulah, seluruh kegagalan manusia berasal."

Saya pernah bertemu dengan orang yang sangat sukses di hidupnya, tidak hanya sukses secara karir, namun juga aspek-aspek lain dalam hidupnya. Saya sudah lama mengagumi orang ini lewat buku dan artikel-artikel yang ditulisnya. Berikut cerita pertemuan saya dengannya.

Saat itu saya berada di parkiran Food Festival Surabaya bersama teman-teman saya yang hendak mencari makan disana. Ketika hendak berjalan, saya tidak sengaja menemukan sosok orang yang familiar sekali baru keluar dari mobilnya. Wajahnya tersenyum pada apapun yang beliau lihat. Karena beliau terlihat sangat ramah, maka saya memutuskan untuk meminta teman-teman saya meninggalkan saya dulu dan nanti saya akan menyusul mereka lagi di tempat makannya.
Tidak butuh waktu lama saya langsung berlari dan menyapa pria berumur 40-an ini dan memperkenalkan diri saya sebagai pengagumnya.
Responnya sungguh tidak bisa saya bayangkan, saya tidak pernah menyangka orang yang sudah sangat sukses itu menerima saya dengan senang hati, malah, ia mengajak saya makan bersamanya di stan sate favoritnya. Ternyata walaupun saat ini beliau tinggal dan hidup di Jakarta, beliau adalah orang yang dibesarkan di Surabaya.
Kemudian sebelum saya dapat berkata-kata lagi, beliau mulai bertanya kepada saya... Kau besar dimana? Kuliah dimana? Fakultas apa? Siapa nama adik dan kakak-kakakmu? Mimpimu apa?
1 jam terasa seperti 5 menit ketika saya bersama orang ini. Setelah pertemuan itu selesai saya merasa begitu tinggi, tinggi sekali, seakan saya adalah orang paling hebat sedunia!

Dengan cara yang halus dan sederhana, beliau telah meninggikan dirinya sendiri di dalam benak saya. Saya mendapatkan pelajaran yang berharga sejak saat itu. Setiap orang ingin merasa penting!

Jika Anda sudah dapat menarik benang merahnya, ternyata cara paling efektif dalam mendapatkan teman di zaman sekarang adalah benar-benar kebalikan dari cara yang dilakukan orang-orang primitif.

Alih-alih berusaha membuat orang lain tertarik kepada Anda, tertariklah kepada orang lain.
Alih-alih berusaha menunjukkan kelebihan diri sendiri, tunjukkanlah kelebihan diri orang lain.
Alih-alih bercerita banyak hal tentang diri sendiri, buatlah orang lain bercerita tentang dirinya dan dengarkan dengan sepenuh hati Anda.
Alih-alih berusaha untuk membuat orang lain tahu seberapa penting diri Anda, buatlah orang lain merasa penting. Karena pada dasarnya kita menyukai orang-orang yang menyukai kita. 

Ada pepatah lama yang menurut saya masih signifikan hingga sekarang, "Siapa yang mengagungkan dirinya akan direndahkan, dan siapa yang merendahkan dirinya akan diagungkan"

Hanya ada 2 kemungkinan yang akan terjadi dari setiap pertemuan Anda dengan orang lain. Mereka menjadi merasa sedikit lebih baik, atau sedikit lebih buruk. Anda mempunyai kuasa dan pilihan untuk membuat orang lain merasa sedikit lebih baik mengenai dirinya ketika bertemu Anda. Jika Anda tidak berusaha membuatnya merasa lebih baik, maka bisa dipastikan mereka merasa lebih buruk setelah bertemu Anda.

Dan jika saya bertanya siapa yang ingin Anda temani, antara orang hebat yang selalu mementingkan diri sendiri saja, atau orang biasa saja yang selalu membuat Anda merasa penting?

Kalau begitu, apa lagi yang Anda tunggu untuk memulai membuat orang lain merasa penting?


"It is the individual who is not interested in his fellow men who has the greatest difficulties in life and provides the greatest injury to others. It is from among such individuals that all human failure spirng" - Alfred Adler


Selasa, 14 Juli 2015

Puasa Mengeluh

Ada sebuah pasangan suami-istri yang masing-masing telah berumur 80an. Pasangan yang sudah tua ini selalu terlihat bahagia dan ceria kemanapun mereka pergi. Mereka menghabiskan masa-masa tuanya dengan pergi ke tempat-tempat yang belum pernah mereka kunjungi dan mereka selalu terlihat mencari-cari hal yang indah untuk disyukuri. Awan di langit, bunga-bunga yang bermekaran di taman, cahaya bulan, jatuhnya salju, mata yang masih bisa melihat, sentuhan lembut dari sang kekasih, senyuman di wajah orang-orang yang mereka temui, menari bersama dan masih banyak lagi. Kemudian seorang pemuda yang penasaran datang dan bertanya pada mereka tentang apa rahasia bagaimana mereka bisa hidup dengan sikap yang penuh rasa syukur itu. Kemudian pasangan tua tersebut menjawab, "Oh jangan salah anak muda, dulu kami sama sekali berbeda dengan yang sekarang, dulu kami selalu hidup dalam kesedihan dan penderitaan. Selalu ada hal yang bisa kami keluhkan ke satu sama lain. Hal itu berlangsung selama hampir 40 tahun kami menikah, dan hasilnya? kami membuang 40 tahun umur kami untuk melihat betapa sulit dan menyedihkannya hidup kami. Akhirnya kami tersadar bahwa waktu kami di dunia ini tinggal sedikit dan kami memutuskan untuk membuat peraturan, peraturan yang telah merubah hidup kami 180 derajat, peraturan tersebut adalah: kami tidak boleh mengeluh untuk alasan apapun, dan kami wajib untuk mencari sesuatu yang bisa kami syukuri. Dan hebatnya, semakin kami rajin bersyukur, Tuhan semakin memberi kami banyak hal untuk disyukuri".


Di dalam kehidupan, selalu ada hal yang tidak kita inginkan harus terjadi.
Masalah selalu menghampiri hidup manusia, jika bukan yang satu, pasti yang satunya lagi.

Saya tidak tahu persisnya, namun menurut ramalan saya mungkin saat ini Anda mempunyai pekerjaan yang Anda benci (entah karena beban kerja yang terlalu berat / gaji yang terlalu rendah / bos yang menyebalkan). Mungkin Anda merasa memiliki orang tua yang tidak harmonis. Mungkin Anda merasa lahir dari keluarga yang kurang berada. Mungkin Anda sedang mengidap penyakit tertentu. Mungkin Anda mempunyai pasangan hidup yang keras kepala dan angkuh. Mungkin Anda sedang terjebak di perkuliahan yang sama sekali bukan minat dan bidang Anda. Mungkin Anda merasa mempunyai anak yang susah diatur. Mungkin Anda sedang dililit hutang. Mungkin Anda sedang hancur karena pasangan Anda selingkuh atau meninggalkan Anda tanpa alasan. Mungkin Anda seorang atlit yang sedang mengalami cedera. Mungkin Anda terperangkap dalam lingkungan yang sangat buruk. Mungkin Anda adalah orang yang selalu menerima perlakuan buruk dari teman-teman Anda. Benar?

Dan jika memang benar, saya mempunyai pertanyaan untuk Anda, dan saya harap Anda menjawab dengan jujur dan terbuka pada diri Anda sendiri.
Pertanyaan saya adalah : Apakah Anda mengeluh?

Jika jawaban Anda YA, Bagus. karena Anda telah memilih untuk jujur kepada diri Anda sendiri.
Jika jawaban Anda Tidak, Bagus. Karena Anda terbebas dari salah satu jenis "kanker emosional".

Saya percaya ada 2 alasan utama orang mengeluh. Yang pertama adalah karena mereka mempunyai perasaan tidak berdaya (helplessness) terhadap keadaan mereka, dan yang kedua adalah karena hal itu telah menjadi kebiasaan.

Sekarang coba ingat dan bayangkan salah satu teman Anda yang seluruh hidupnya dihabiskan untuk memberitahu dunia betapa menyedihkan dan buruknya nasib mereka.
Setelah Anda berhasil menemukan siapa teman Anda tersebut, coba lihat keadaannya sekarang. Apakah "nasib"nya telah menjadi lebih baik? atau makin buruk?

Jika Anda pernah membaca buku karya Rhonda Bryne yang berjudul The Secret, maka Anda akan mengetahui apa yang disebut dengan The Law Of Attraction (Hukum tarik-menarik). Saya akan menjelaskannya dengan singkat.

Pikiran akan menarik pikiran yang serupa. Jika Anda berpikir negatif, maka pikiran itu akan menarik pikiran-pikiran negatif lainnya. Itulah mengapa orang yang mengeluh akan menemukan banyak hal lain yang dapat dikeluhkan. 
Sedangkan jika Anda mencoba untuk mencari sesuatu yang dapat Anda syukuri dalam hidup Anda, maka pikiran Anda secara otomatis akan menarik berbagai pikiran-pikiran lain yang serupa, pikiran Anda akan menemukan banyak hal lain untuk disyukuri.
Tidak hanya menarik pikiran yang serupa, pikiran Anda juga menarik sesuatu ke dalam hidup Anda. Apa yang menjadi pusat perhatian Anda akan datang ke kehidupan Anda. 
Jadi, jika Anda fokus pada sisi negatif kehidupan, maka hidup Anda akan didatangi banyak hal negatif.
Begitu pula sebaliknya. jika Anda fokus pada sisi positif kehidupan, maka hidup Anda akan didatangi banyak hal positif.
Itulah Law Of Attraction.
Apapun yang terjadi dalam hidup Anda, adalah hasil dari pikiran Anda sendiri.

Walaupun tidak ada penelitian ilmiah yang membenarkan hukum ini, saya tetap memercayainya.

Anda dapat menemukan sendiri bukti dari kebenaran hukum ini seperti saya telah menemukannya.
Perhatikan saja teman Anda yang selalu berpikiran negatif dan lihatlah mereka mendapatkan lebih banyak hal buruk dalam hidup mereka. Perhatikan teman Anda yang selalu berpikiran positif maka Anda akan melihatnya seringkali mendapatkan "keberuntungan" dalam hidupnya.

Ketika seseorang selalu mengeluh, ia memancarkan energi negatif ke sekelilingnya, itulah mengapa kita merasa tidak nyaman berdekatan dengannya, karena negativitas itu menular dan kita takut tertular!

Baiklah, saya ingin memberitahu Anda harga dari sebuah keluhan dan negativitas yang saya kutip dari buku The No Complaining Rule karya Jon Gordon.

  • Menurut Gallup Organization, pemikiran negatif menyebabkan ekonomi Amerika Serikat kehilangan antara $250 hingga $300 miliar setiap tahun karena hilangnya produktivitas.
  • Menurut Centers for Disease Control and Prevention, 90% dari kunjungan ke dokter berhubungan dengan stres, dan menurut Truejobs, penyebab utama dari tekanan di tempat kerja adalah pikiran negatif rekan kerja dan keluhan mereka.
  • Satu orang yang negatif dapat membuat lingkungannya menjadi negatif dalam hitungan detik.
  • Emosi negatif menurunkan usia harapan hidup (Life-span expectancy) dan umur yang panjang.
  • Emosi negatif meningkatkan risiko serangan jantung.
  • Emosi negatif meningkatkan risiko stroke.
  • Emosi negatif menguras tenaga seseorang.
  • Emosi negatif membuat seseorang memiliki sedikit teman (jika punya).
  • Emosi negatif mengurangi tingkat kesuksesan seseorang.

Salah seorang psikolog pernah mengatakan bahwa manusia dilahirkan untuk mengeluh. Sebagai seorang bayi, kita menangis untuk memperoleh apa yang kita inginkan, ketika lapar kita menangis dan ibu kita memberi makan, ketika lelah, kita menangis dan dibuai hingga tertidur. Kita menangis untuk memperoleh keinginan kita dan hal ini selalu berhasil.
Sayangnya, terlalu banyak orang yang masih menggunakan bentuk dewasa dari menangis, yang disebut mengeluh, untuk memperoleh hal yang mereka inginkan, atau untuk mengekspresikan perasaan tidak berdaya mereka. Mereka tidak menyadari bahwa berbeda dengan bayi yang menangis, mengeluh tidak selalu berhasil. Mengeluh adalah tindakan konyol.

Bagaimana cara mengurangi perilaku mengeluh?

Fokuskan pada hal yang bisa Anda kontrol. Fokus pada 90. (The 90 : 10)
Ketika Anda dihadapkan situasi yang membuat Anda ingin mengeluh, alihkan fokus Anda pada apa yang bisa Anda lakukan untuk memperbaiki keadaan. Fokuskan pada solusi, bukan masalah. Jangan tanyakan mengapa hal buruk ini menimpa Anda, tanyakan Apa yang dapat saya / kita lakukan untuk memperbaiki keadaan ini.
Baca artikel saya yang berjudul The 90 : 10 untuk memahami lebih jauh tentang konsep ini.
Fokus pada sesuatu yang dapat Anda kontrol akan mengeluarkan Anda dari perasaan tidak berdaya. Mengeluh berarti fokus pada masalah, bukan solusi.

In the words of Lou Holtz,
"Never tell your problem to anyone. Because 80% don't care and 20% are glad you have them"

Sebenarnya, sampai sekarang pun saya mengeluh, namun jauh lebih jarang dibanding dulu.
Saya juga mempunyai antidote (obat penawar) mengeluh, yang dengan antidote ini saya dapat membuat keluhan-keluhan negatif menjadi sesuatu yang positif. Namanya adalah teknik "tetapi".
Saya selalu mengingat dan menggunakan teknik ini ketika pikiran saya secara otomatis ingin mengeluh, contoh dari teknik tetapi adalah seperti ini :

"Saya benci ketika saya harus menyetir dan terjebak kemacetan selama 1 jam setiap berangkat kerja, tetapi, saya bersyukur saya masih memiliki kendaraan dan mempunyai pekerjaan yang dapat menghidupi keluarga saya."
"Saya tidak suka dengan sifat ayah saya yang pemarah dan kasar, tetapi, saya bersyukur saya masih mempunyai ayah yang menafkahi saya dan memperhatikan saya walaupun dengan cara yang tidak menyenangkan"


Sebagai penutup, saya tantang Anda untuk puasa mengeluh selama 3 hari.
Kemudian jika berhasil, lanjutkan selama 7 hari.
Anda juga dapat menerapkan peraturan bebas keluhan ini di keluarga atau di perusahaan Anda.
Dan lihat dampak positif yang akan terjadi pada hidup Anda dan lingkungan Anda.

    "Rule Number One: Don't Criticize, Complain, or Condemn" - Dale Carnegie



Senin, 06 Juli 2015

Menjinakkan Kemarahan


“Speak when you are angry and you’ll make the best speech you’ll ever regret” – Ambrose Briece


Seseorang  pria berumur kurang lebih 55 tahun pernah datang ke psikiater yang bernama Dr. Howard Cutler dan bercerita bagaimana mantan istrinya telah merusak seluruh hidupnya .

“Anda tahu, istri saya, oh maaf, MANTAN, dia adalah orang paling brengsek di muka bumi!”
“oh ya? Bagaimana bisa seperti itu?” respon Howard.
“Bagaimana tidak, ternyata ia sudah bertahun-tahun memiliki hubungan gelap dengan pria bajingan yang tidak tahu diri! Tidak hanya itu, ia juga meminta saya menceraikannya dan berhasil merampas sebagian harta saya! Dasar iblis jalang!” katanya dengan semakin berapi-api.
“Hmm saya bisa mengerti perasaan Anda, dan wajar jika Anda marah sekali mengenai hal itu.”
“Oh Anda belum tau sepersepuluh dari semua kebusukannya dokter.” Kemudian ia mulai bercerita, menghardik, dan mengutuk mantan istrinya tersebut hingga 2 jam. Sesi konsultasinya hampir habis.
Setelah puas melampiaskan kemarahannya pada psikiater tersebut, Dr. Howard mulai memberi responnya dengan mengatakan “ Ya ya, saya paham sekali betapa sakit hatinya Anda, dan hal itu memang wajar dialami bagi pasangan yang baru bercerai.”
“Jika boleh saya tahu, kapan itu semua terjadi?” Lanjut Dr.Howard.
“25 tahun yang lalu!”

Mungkin terdengar lucu, namun ini adalah kisah nyata dari seorang yang dibalut kemarahan. Bahkan kejadian yang sudah sangat lama masih terus mengusik kedamaian pikiran orang itu.

Kemarahan adalah emosi yang kuat, dan jika tidak ditangani dengan baik maka kemarahan dapat merusak diri Anda maupun hubungan Anda dengan orang-orang terdekat. Penelitian menyebutkan bahwa kemarahan memicu otak manusia untuk memproduksi hormon Cortisol dan Adrenaline, hormon yang menciptakan perasaan stress dan tertekan ke seluruh tubuh Anda.
Pada aspek fisik, kemarahan yang tak terkendali dapat menyebabkan seseorang mengalami tekanan darah tinggi, stroke, dan serangan jantung.
Pada aspek psikologis, kemarahan yang tak terkendali menyebabkan seseorang mengalami stress berat, kecemasan berlebih, kesulitan untuk tidur, dan dalam kasus ekstrim; depresi.

Banyak sekali cara yang telah disarankan dunia kedokteran untuk menangani kemarahan, namun saya ingin membahas hal lain yang juga dapat menjinakkan kemarahan.

Saya percaya bahwa penyebab seseorang marah adalah karena sempitnya paradigma atau sudut pandang orang tersebut. Stephen Covey, dalam bukunya 7 habits of highly effective people, pernah menceritakan kejadian luar biasa yang membuatnya mengalami apa yang disebutnya sebagai "Paradigm Shift". Paradigm shift adalah kondisi saat kita melihat sesuatu dari perspektif yang lebih luas sehingga membuat kita melihat suatu kejadian atau fenomena dengan lebih baik. Berikut adalah cerita Stephen Covey:

Pada minggu pagi, saya sedang duduk di kereta api yang sedang menuju kota New York. Orang-orang sedang duduk dengan tenang, beberapa membaca buku, beberapa membaca koran, sebagian orang ada yang sedang melamun, ada juga yang beristirahat dan menutup matanya. Sungguh pemandangan yang tenang dan damai.

Kemudian tiba-tiba seorang laki-laki datang dengan beberapa anaknya yang masih kecil.
Orang tersebut duduk di depan saya dengan tatapan kosong dan acuh terhadap sekelilingnya, sedangkan anak-anaknya adalah malapetaka bagi semua yang berada di kereta itu. Anak-anaknya sangat ramai dan berteriak tidak berhenti ke saudaranya, kemudian berlarian di kereta tersebut dan melempar sesuatu kesana kemari, bahkan ada yang menarik koran yang sedang dibaca penumpang lain. Sungguh sangat mengganggu dan menyebalkan. Parahnya, ayah dari anak-anak tersebut tidak melakukan apa-apa untuk menenangkan anaknya.

Sangat sulit untuk tidak merasa marah bagi semua penumpang yang ada disana, termasuk saya. Semua penumpang yang merasa terganggu di kereta itu tidak dapat menyembunyikan kegeraman di wajahnya. Akhirnya saya memutuskan untuk berbicara kepada laki-laki yang ada di depan saya itu.
"Pak, anak-anak Anda benar-benar mengganggu semua penumpang lain, apakah tidak ada yang bisa Anda lakukan untuk menenangkan mereka?"
Kemudian orang itu sedikit kaget dan seakan baru masuk ke kesadaran lagi setelah mendengar ucapan saya kepadanya dan kemudian menjawab dengan lembut.
"Oh, Anda benar. Saya rasa saya harus melakukan sesuatu tentang itu. Kami baru saja pulang dari rumah sakit dimana ibu mereka baru saja meninggal dunia satu jam yang lalu. Saya tidak tahu harus berpikir apa dan saya rasa mereka juga tidak tahu bagaimana menerima dan mengatasi hal ini."

Bisakah Anda membayangkan yang saya rasakan saat mendengar ucapan orang tersebut? Sudut pandang saya berubah, dan tiba-tiba saya "melihat" kejadian itu secara berbeda, dan karena saya melihat dengan cara yang berbeda, "pikiran" saya juga ikut berbeda, dan karena pikiran saya berbeda, "perasaan" saya pun berbeda, kemudian "perilaku" saya sudah pasti berbeda pula.
Saya tidak perlu lagi mencemaskan bagaimana mengontrol perasaan marah saya, karena saat ini kemarahan saya lenyap, hati saya dipenuhi rasa sakit yang dirasakan laki-laki malang ini. Simpati dan belas kasih langsung mengalir bebas.
"Istri Anda baru saja meninggal? bisakah Anda menceritakannya pada saya? saya turut menyesal sekali. Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu?" Semuanya berubah dalam sekejap. 

Itulah kekuatan dari sudut pandang lebih luas.
Sempitnya sudut pandang adalah sumber kemarahan.
Jika Anda belum membaca artikel saya yang berjudul "Dive Deeper", saya sarankan Anda untuk membacanya karena artikel tersebut berhubungan dengan memperluas sudut pandang dan meningkatkan pengertian ke orang lain.


Setelah membahas kemarahan dan bagaimana paradigma atau sudut pandang sangat memengaruhinya, saya ingin berbagi tentang obat penawar dari kemarahan.

Jika Anda ingin terbebas dari kemarahan, maka Anda harus fokus pada kesabaran, pengertian, dan sikap toleransi. Fokus Anda sangat penting, karena Anda akan menarik dan tertarik ke arah mana yang Anda fokuskan. Jika Anda ingin mengobati kemarahan Anda, jangan berfokus pada mencegah atau berusaha agar tidak marah, tapi fokuskan diri Anda pada kesabaran, toleransi, dan belas kasih pada orang lain. Anda harus secara sadar berusaha untuk meningkatkan kesabaran dan belas kasih Anda.

Apakah Anda berpikir seorang yang sangat sabar sudah menjadi seperti itu sejak mereka lahir? Tidak. Mereka menjadi orang yang sangat sabar karena mereka selalu berlatih dan mengusahakan untuk menjadi orang yang lebih dan lebih sabar lagi.
Bagaimana cara melatih kesabaran? Dengan mempraktikannya. Tidak ada cara lain untuk menjadi lebih sabar selain dengan mempraktikkan kesabaran itu sendiri.

Pertanyaannya adalah, siapa orang yang membuka kelas kesabaran? siapa orang yang menyediakan pendidikan kesabaran? siapa yang memberi Anda kesempatan untuk berlatih dan mempraktikkan kesabaran?
Apakah teman terdekat Anda, yang sering membuat Anda marah? Bukan, bukan mereka guru Anda.

Jadi siapakah yang memberikan Anda banyak peluang untuk melatih kesabaran? Musuh Anda.
Musuh adalah seseorang yang selalu berusaha menggagalkan tujuan Anda. Musuh adalah seseorang yang selalu ingin membuat Anda menderita. Musuh-lah guru kesabaran Anda yang paling berharga.

Jika Anda renungkan, berapa banyak musuh yang Anda miliki? tentu jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan yang menjadi teman Anda. Mungkin 1 : 10. Jadi, jika mulai sekarang Anda merubah sudut pandang Anda bahwa musuh adalah guru agung yang langka, maka Anda akan lebih menginginkan keberadaannya. Karena mereka lah satu-satunya orang yang memberikan Anda peluang untuk mempraktikkan kesabaran.

Saya percaya bahwa tingkat kesabaran yang tertinggi adalah hadirnya cinta di hati Anda kepada orang-orang yang membuat Anda marah, karena mereka telah mengorbankan dirinya sendiri untuk "mendidik" Anda. Bahkan mereka rela masuk neraka hanya untuk membuat Anda menjadi orang yang lebih sabar. :)


"Ketika hati dipenuhi cinta dan belas kasih, maka tidak ada lagi ruang untuk kebencian dan kemarahan"


Minggu, 28 Juni 2015

Kolam Ikan


Beberapa tahun yang lalu, saat saya masih kuliah, saya pernah membicarakan tentang bekerja mengikuti passion bersama salah seorang teman dan kakak angkatan saya. Saat itu kami di kantin, dan karena pembicaraan kami menarik, beberapa teman yang lain mulai ikut bergabung dalam forum mini tersebut.
Saat itu saya mengatakan bahwa tidak ada yang lebih baik daripada bekerja mengikuti passion. Bayangkan saja, Anda dibayar untuk melakukan sesuatu yang sangat Anda senangi. Kemudian salah seorang teman saya mengatakan "ya memang benar sih sangat enak bekerja sesuai passion, tapi coba lihat sekelilingmu, coba lihat orang yang telah berkeluarga, mana cukup uang yang dihasilkan dari mengikuti passion untuk menghidupi keluarga. Coba lebih realistis aja lah"
Saya yakin pembicaraan kami ini cukup familiar, sangat banyak orang yang sering memperdebatkan masalah bekerja sesuai passion atau bekerja sesuai tuntutan kehidupan. Sampai saat ini pun, orang yang bekerja mengikuti passion sangat sedikit. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ke 15.000 pekerja di Amerika Serikat, telah ditemukan hasil yang sangat mencengangkan, 85% dari total subjek menyatakan bahwa setiap hari mereka harus pergi ke pekerjaan yang mereka benci. Senin hingga jum'at. Bahkan ada penelitian mengenai serangan jantung yang menyatakan bahwa frekuensi orang terkena serangan jantung di Amerika Serikat saat hari senin jam 8 sampai 9 pagi naik hingga 300%. Their job is killing them, literally!.
 Kita percaya bahwa kita semua diciptakan Tuhan dengan tangan-Nya sendiri. Kita diciptakan Tuhan dengan memiliki keunikan kita masing-masing. Kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak ada manusia yang memiliki fisik, pikiran, dan perasaan yang sama persis dengan manusia lainnya. Kita tidak diciptakan Tuhan seperti sebuah pabrik yang memproduksi ribuan gelas yang sama persis. Sehingga yang "berbeda" dianggap cacat dan dibuang begitu saja.
Sedangkan saya sendiri sampai sekarang masih tidak mengerti mengapa sistem pendidikan kita masih saja memukul rata setiap anak. Bahwa setiap orang harus menguasai semua mata pelajaran yang ada dalam kurikulum. Hal ini menurut saya sangat mematikan keunikan individu, mematikan semangat, dan juga mematikan harapan bagi anak-anak yang telah dianggap bodoh karena tidak dapat menguasai semua pelajaran. Saya juga yakin bahwa guru yang mengajar pun tidak mungkin dapat menguasai semua mata pelajaran yang disediakan oleh sekolah. 
Namun, hal diatas adalah 10 (dalam artikel 90 : 10), sistem pendidikan adalah hal yang berada di luar kontrol kita, memusingkan masalah tersebut hanya membuang waktu dan tenaga kita. Sedangkan kita masih mempunyai 90, sesuatu yang bisa kita kontrol, respon kita. Orang tua yang fokus pada 90 tidak akan memarahi anaknya ketika salah 1 dari nilai rapor anaknya ada yang jelek, orang tua yang fokus pada 90 akan berusaha menemukan potensi anaknya dan membantu anaknya mengembangkan dan memaksimalkan potensi tersebut. 

Mari kita simak kisah dari seorang bocah kecil yang dianggap hiperaktif ini. Bocah laki-laki ini sejak bayi memiliki energi yang sangat luar biasa. Dan ketika mulai menginjak umur 3 tahun, ke aktifan-nya tidak lagi sanggup dibendung oleh orang-tua nya, ia selalu berlari kemanapun ia bisa berlari, menendang bola mainannya, mengejarnya, mengambil dengan kedua tangannya yang kuat, melemparkannya jauh ke arah lain, mengejarnya lagi, menendang lagi, memecahkan gelas, berhenti 5 detik karena kaget, kemudian mengulang semua kegiatan tadi dari awal. Tidak hanya orang tuanya, guru maupun orang di sekitarnya tidak sanggup untuk menangani anak yang tidak bisa diam ini.
Suatu hari ibunya mengajak bocah ini ke kolam renang. Dan tanpa pikir panjang si bocah ini segera menceburkan dirinya ke dalam kolam dan tak mau keluar walaupun lampu kolam renang tersebut sudah dimatikan. Sejak saat itu, tidak ada hari yang bocah itu lewatkan tanpa pergi berenang. Kecepatan berenangnya pun makin hari makin meningkat. Jauh lebih cepat daripada anak lain se-usianya. Ibu yang terkagum melihat betapa cepatnya perkembangan anaknya itu akhirnya pergi mendaftarkan anaknya ke sebuah perlombaan renang lokal. Hasilnya? Ia menang mudah.
Melihat hal itu, ibunya tidak tinggal diam. Ibu bocah yang dulu sering mengeluhkan anaknya yang sangat susah diatur itu kini dengan bangganya membawa anaknya ke sebuah seleksi pemilihan atlit renang yang diikuti oleh ribuan perenang dari daerahnya masing-masing. Bocah ini mengantri berjam-jam dengan sabar. Ibunya pun sulit percaya ketika ia melihat anaknya yang tidak pernah diam walau semenit itu sedang duduk manis dengan kaki yang diayun-ayunkan. “Seumur hidupnya aku tak pernah melihat anakku bisa duduk setenang ini, apalagi ini sudah lebih dari 3 jam”.
Dan jika anda sudah dapat menebak, bocah ini adalah perenang legendaris dari Amerika Serikat. Prestasinya susah untuk ditandingi siapapun. Ia mengukir rekor dunia sebagai pengumpul medali emas terbanyak dalam pesta olahraga olimpiade. Namanya? Michael Phelps. 
Ibu Michael Phelps pernah mengatakan “anak hiperaktif bagaikan ikan yang belum menemukan kolamnya”.

Renungkan pertanyaan ini baik-baik, sudahkah Anda menemukan kolam Anda?

Bagi Anda yang kenal dekat dengan saya, maka Anda sudah tahu bahwa salah seorang kakak saya adalah orang yang sangat berbakat seni lukis. Kakak saya tidak pernah mengikuti kursus, pelatihan, ataupun pendidikan formal tentang seni lukis. Namun lukisan yang ia buat, jika dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih secara formal, jelas jauh diatas rata-rata
Sungguh disayangkan, bukannya menyemangati dan memfasilitasi anugerah tersebut agar semakin bersinar, orang tua kami memiliki pola pikir yang sama dengan kebanyakan orang di dunia ini, selalu menanyakan apa yang bisa dihasilkan dengan melukis? bagaimana mungkin bisa membiayai keluarganya? Bakat dan potensi itu hingga saat ini masih menunggu dan terus menunggu untuk segera dibangunkan.
Melukis membuat wajah kakak saya merona, melukis membuatnya lupa waktu, melukis membuatnya  bergairah dan bersemangat, melukis membuatnya percaya dirimelukis membuatnya bahagia. Karena melukis adalah passion-nya 
Dan jika seandainya setiap hari kakak saya mengasah dirinya, setiap hari mempelajari pelukis-pelukis yang sudah ahli melalui melihat karyanya dan membaca biografi-biografinya, setiap hari membaca majalah-majalah seni, setiap hari bervisualisasi tentang dirinya menjadi seorang pelukis yang berhasil, saya berani bertaruh bahwa kakak saya akan menjadi pelukis yang sangat sukses! Dan saya tidak bercanda tentang hal itu. 
Jika Anda sudah menemukan kolam Anda, maka masuklah dan tenggelamkan diri Anda disana. Orang lain akan selalu mencari-cari kecacatan Anda, orang lain akan selalu menarik Anda ke jurang tempat mereka terpuruk, orang lain tidak ingin melihat Anda berhasil karena hal itu membuatnya merasa dirinya lebih buruk dari Anda. Saran saya hanya satu, berikan senyuman yang tulus pada mereka dan teruslah maju menggapai mimpi Anda.

NB: Gambar di atas artikel ini adalah salah satu lukisan kakak saya. Lukisan dari seorang bocah yang tidak pernah mengikuti kursus ataupun sekolah lukis. 



“Setiap orang adalah jenius. Namun jika Anda menilai ikan dari kemampuannya dalam memanjat pohon, maka sepanjang hidupnya ia akan percaya bahwa dirinya bodoh” – Albert Einstein


Minggu, 21 Juni 2015

Leher kebawah

"Most people, they raise a family, they earn for a living, and then they died" - Les brown 


Anda tahu, sebagian besar orang, seperti yang dikatan Les Brown, mereka membangun keluarga, mereka mencari nafkah, dan kemudian mereka mati tanpa meninggalkan jejak. Tidak seorang pun tahu bahwa orang tersebut pernah hidup di bumi ini. Mereka berhenti bertumbuh, mereka berhenti meregangkan zona nyaman, mereka berhenti mendorong, mereka berhenti belajar, mereka berhenti mengejar takdir mereka.

Inilah kenyataannya:
Sebagian besar orang mati tanpa pernah mengenal dirinya sendiri.
Kebanyakan dari kita akan tidur di keranda kematian tanpa pernah tahu apa potensi dan bakat yang Tuhan berikan pada kita.
Kita tidak pernah tahu apa mimpi dan tujuan kita yang sebenarnya.
Dan yang paling menyedihkan adalah, kita mati tanpa sempat menemukan dan mengerti apa makna hidup kita.

Saya teringat pada sebuah acara televisi yang saat saya kecil dulu pernah ramai dibicarakan, saya lupa judul acaranya namun saya ingat dalam acara televisi terebut ada presenter menggunakan wig kribo dan menggunakan baju garis-garis berwarna hitam putih yang akan memilih orang secara acak dan memberikan uang tunai (seingat saya) sebesar 20 juta kepadanya, syaratnya hanya satu, ia harus menghabiskan uang tersebut dalam waktu 1 jam! jika tidak maka sisa uangnya akan hangus.
Dan Anda tahu yang dilakukan orang yang menerima uang panas tersebut?
Hampir semuanya langsung menuju ke pusat perbelanjaan terdekat dan dengan waktu kurang dari 1 jam mereka membelanjakan uang itu hingga ludes tanpa ampun.
Yang mereka beli adalah alat-alat rumah tangga seperti kompor, kulkas, televisi yang sangat besar (bahkan ada yang membeli tv yang lebih besar dari lemari tv rumahnya), DVD player, Air Conditioner, hingga bahan-bahan pokok kebutuhan rumah tangga sehari-hari seperti beras, minyak, gula, dll. Serta tidak lupa berbagai baju dan celana baru untuk semua anggota keluarganya.

Tahukah Anda itulah yang akan terjadi pada kebanyakan orang di dunia ini ketika mempunyai uang. membelanjakannya untuk leher ke bawah. 
Ya, leher kebawah. Tidak sekalipun saya melihat acara itu dan ada yang menyempatkan diri untuk membeli sesuatu untuk leher ke atas mereka. (selain make-up tentunya)
Bahkan tidak sedikit orang yang melihat acara itu dirumahnya dan ikut berteriak-teriak ke arah televisi menyuruh orang beruntung itu untuk membeli ini itu yang menurut mereka penting.
Sungguh pemandangan yang sangat menggemaskan.


Sekarang saya bertanya kepada Anda.
Apa hal baru yang telah Anda pelajari dan kuasai di satu tahun terakhir ini?
Apa buku yang sudah Anda baca? Apakah Anda mengikuti workshop atau pelatihan pengembangan diri?
Apakah Anda mengasah kemampuan Anda dalam bidang tertentu yang Anda kerjakan?
Apakah Anda mengasah kemamupan berkomunikasi Anda?
Apakah kemampuan Anda dalam membangun relasi dengan orang lain semakin baik?
Apakah kemampuan kepemimpinan Anda meningkat?
Apakah Anda menjadi orang yang lebih berpengaruh dibanding satu tahun yang lalu?
Apakah Anda mengasah pikiran Anda?
Nilai apa yang sudah Anda tambahkan ke diri Anda?
Apakah yang sudah Anda lakukan untuk leher ke atas Anda?

Tahukah Anda sudah berapa tahun yang telah berlalu begitu saja? 

Jika sebelumnya Anda telah membaca artikel saya yang berjudul the 90 : 10, maka Anda mengetahui bahwa Anda adalah pencipta hidup Anda. Bahwa Anda bukanlah korban kehidupan. Bahwa Anda, selalu mempunyai pilihan. Jika Anda sudah membacanya, maka Anda tahu bahwa pertumbuhan Anda ada di tangan Anda sendiri. Jika belum, saya sarankan Anda membacanya terlebih dahulu.


Jika saya bekerja sebagai HRD recruitment di suatu perusahaan, maka saya akan mencari sesuatu yang Anda miliki yang tidak dimiliki orang lain. Saya akan mencari sesuatu yang membedakan Anda dari kerumunan orang lainnya. Entah itu skill Anda, integritas Anda, sikap Anda, atau passion Anda dalam bekerja. Yang pasti adalah saya mencari orang yang mempunyai sesuatu yang lebih!

Jika Anda sebagai pelamar pekerjaan dan dalam sebuah interview kerja Anda mendapat pertanyaan "Mengapa kami harus merekrut Anda?"
Apa yang dapat Anda katakan jika memang tidak ada kelebihan di diri Anda yang membedakan Anda dari calon karyawan lainnya?


Sadarilah bahwa jika Anda tidak memprogram pikiran Anda, maka orang lain dan media akan memprogramkan untuk Anda.
Dan program yang dibuatkan untuk Anda adalah program yang negatif dan akan menyeret Anda pada kegagalan. Bagaimana Anda diprogram? Lihatlah acara televisi di pagi, siang dan malam hari maka Anda akan melihat sekumpulan orang-orang tampan dan cantik yang sedang asik bercanda dan bernyanyi dan berjoget dan tertawa bersama-sama. Lihatlah berita maka Anda akan menemukan berbagai informasi mengenai pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, begal, dll. Lihatlah sosial media Anda maka Anda akan melihat lifestyle menggiurkan dari teman-teman Anda.
Pernahkah Anda melihat fenomena di Afrika dimana semua orang menderita busung lapar dan kekeringan di sosial media? Tentu tidak. Apakah sudah terjawab mengapa banyak sekali di antara kita yang tidak pernah bersyukur? Sadarkah bahwa kita telah diprogram untuk berlomba-lomba mengejar eksistensi oleh teknologi yang selalu kita genggam itu?

Penting saya sampaikan bahwa kita hidup di dunia dimana orang membaca buku dianggap kolot dan orang yang berpesta dianggap cool. Kita hidup di dunia dimana memperjuangkan mimpi dianggap tidak realistis. Kita hidup di dunia dimana pengguna smartphone berlogo buah apel tergigit dianggap kaya dan keren. Kita hidup di dunia dimana mengabdi dan bekerja keras untuk orang lain hingga berumur 60 tahun dan mendapat pensiunan adalah berkah. Pikirkan baik-baik semua itu.

Inilah mengapa tidak ada saat yang lebih penting untuk mengembangkan diri Anda selain sekarang. Mulailah membedakan diri Anda dari kerumunan. Mulailah mengasah kemampuan Anda hingga Anda dicari dan dibutuhkan banyak orang. Mulailah bertanya pada diri Anda sendiri kontribusi apa yang bisa Anda berikan pada dunia. Mulailah membaca buku, dan jika Anda tidak suka membaca, maka belajarlah untuk menyukainya. I'm sorry but that's the only way dear.

In the words of Stephen Covey, "The person who doesn't read is no better off than the person who can't read"

Penulis yang sudah menulis lebih dari 50 judul buku, juga merupakan Bapak kepemimpinan, John C. Maxwell dalam bukunya yang berjudul The 15 Invaluable Laws of Growth mengatakan bahwa salah satu dari hukum pertumbuhan adalah Law of Intentionality. Yaitu hukum pertumbuhan yang mengatakan bahwa pertumbuhan tidak terjadi secara otomatis. Pertumbuhan hanya terjadi melalui kesadaran dan keinginan untuk bertumbuh. Anda harus mengusahakan pertumbuhan.

Selalu ada harga yang harus dibayar untuk sebuah pertumbuhan. Jangan tanyakan bagaimana cara untuk sukses, tanyakan bagaimana cara agar Anda bisa bertumbuh maka kesuksesan akan mengikuti. Sudah cukup uang Anda mengalir untuk leher kebawah. Now is the time to invest to your mind!

                           "Everyone wants to go to heaven, but no one wants to die"



Minggu, 14 Juni 2015

Lesson From Carl Jung


"Until you make the unconcious concious, it will direct your life and you will call it fate." - Carl Jung





Bagi Anda yang pernah menggeluti dunia psikologi, pasti telah berulang kali mendengar nama Carl Jung.
Carl Gustav Jung, pencetus istilah collective unconcious, archetypes, dan introvert & ekstrovert ini lahir pada 26 Juni 1875. Sumbangsih Jung dalam dunia psikologi sangat luar biasa, bahkan Sigmund Freud, bapak psikoanalisa telah menganggap Jung anak angkat tertua, putra mahkota, dan murid terbaiknya.

Kata-kata Jung yang saya tulis diatas, beberapa hari yang lalu secara tidak sengaja saya baca dan sangat menarik perhatian saya. Berikut kurang lebih makna dari kata-katanya "Sebelum Anda mengangkat apa yang ada di alam bawah sadar ke kesadaran, hal itu (pikiran bawah sadar) akan mengarahkan hidup Anda, dan Anda akan mengatakan bahwa itu adalah takdir".

Saya sangat kagum dengan kata-kata Jung ini dan pikiran saya langsung berlarian mencari contoh fenomena yang sedang terjadi saat ini.
Banyak sekali orang yang tidak pernah tahu apa yang sebenarnya ada di alam bawah sadarnya. Dan ketidaktahuan ini berakibat sangat fatal untuk kehidupannya.

Seorang anak yang selalu dituntut dan dibanding-bandingkan oleh orangtuanya, serta tidak pernah menerima cinta tak bersyarat (unconditional love) dari mereka sering kali berakhir menjadi anak yang suka mencari-cari perhatian. Kebutuhan anak ini untuk menerima kasih sayang yang tulus, pengertian, dukungan dan cinta tak bersyarat tidak terpenuhi sehingga pikiran bawah sadarnya penuh dengan dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, yang kemudian tanpa ia sadari telah membuatnya sangat haus untuk mendapatkan penerimaan, pengakuan, dan kasih sayang dari lingkungan sekitarnya. Namun biasanya dorongan kuat ini termanifestasikan dengan perilaku-perilaku mencari perhatian yang tidak adaptif.

Jika Anda merasa memiliki kebiasaan-kebiasaan buruk atau perilaku yang kurang adaptif, apapun bentuknya, cobalah untuk melakukan psikoanalisa ke diri Anda sendiri.

Coba Anda ingat kembali pola asuh seperti apa yang Anda terima saat Anda berumur 0-5 tahun?
Coba Anda ingat kembali bagaimana pola pertemanan Anda saat Anda duduk di sekolah dasar?
Apakah saat kecil Anda selalu dibanding-bandingkan dengan kakak atau adik Anda yang lebih pintar atau lebih lincah atau lebih cantik daripada Anda?
Apakah Anda sering mengalami kekerasan fisik ataupun psikis dari orang tua Anda?
Apakah Anda merupakan anak yang selalu di bully oleh teman-teman Anda?
Apakah Anda mempunyai julukan-julukan tertentu yang sangat tidak menyenangkan bagi Anda?

Apakah itu semua memiliki pegaruh pada hidup Anda?
Yes. Absolutely.

Maka dari itu, cobalah untuk menggunakan self-awareness Anda dan menganalisa diri Anda sendiri.

"Mengapa saya mempunyai dorongan yang sangat kuat untuk bicara"?
"Mengapa saya mempunyai dorongan yang sangat kuat untuk menghina orang lain"?
"Mengapa saya mempunyai dorongan yang sangat kuat untuk memukul"?
"Mengapa saya mempunyai dorongan yang sangat kuat untuk menang dan berkuasa"?
"Mengapa saya mempunyai dorongan yang sangat kuat untuk dihormati dan didengarkan"?
"Mengapa saya mempunyai dorongan yang sangat kuat untuk dipuji dan diakui orang lain"?
"Mengapa saya mempunyai dorongan yang sangat kuat untuk menangis"?
"Mengapa saya mempunyai dorongan yang sangat kuat untuk menghindari kontak fisik dengan orang lain"?

Saat saya kecil saya mempunyai julukan tidak menyenangkan, saya disebut "jemek" (baca : basah) yang saya peroleh karena saya selalu terlihat lemah dan selalu menangis ketika diganggu teman atau saudara saya.
Dan ternyata hal itulah yang membuat saya selama ini memiliki dorongan dalam diri yang sangat besar untuk dianggap dan terlihat kuat di lingkungan pertemanan saya. Setelah menyadari itu semua, perlahan saya bisa menerima dan menyalurkan impuls-impuls bawah sadar ke kegiatan yang lebih adaptif.

Semoga dari melakukan refleksi diri, kita semua dapat lebih mengenal dan memahami gejolak batin yang kita miliki, sehinggga diharapkan dapat memilih respon yang lebih baik dalam menjawab dorongan bawah sadar tersebut.

Tidak selesai sampai disini, kata-kata Carl Jung kembali berputar-putar di kepala saya.

"Until you make the unconcious concious, it will direct your life and you will call it fate."
"Until you make the unconcious concious, it will direct your life and you will call it fate."
"Until you make the unconcious concious, it will direct your life and you will call it fate."

Entah apa yang saya pikirkan, namun saya benar-benar merasa menemukan sesuatu yang sangat berharga.
Jika alam bawah sadar seseorang memang mengarahkan hidup seseorang, dan kita semua tahu bahwa kekuatan alam bawah sadar jauh lebih kuat daripada kesadaran, bisakah kita, secara sengaja, menanamkan sesuatu dari kesadaran ke alam bawah sadar kita? Sehingga kita dapat memanfaatkan kekuatan alam bawah sadar kita untuk mengarahkan diri kita pada tujuan yang kita inginkan dalam hidup? Dan, dengan kata lain, kita akan menciptakan takdir kita sendiri?

"If you put your concious goals to unconcious, it will direct yourself toward your goals and you'll create your own fate" 

Jika alam bawah sadar memang begitu kuat, mengapa tidak kita gunakan saja kekuatannya untuk meraih tujuan-tujuan dan mimpi kita?

Pertanyaannya adalah, bagaimana cara menanamkan sesuatu ke alam bawah sadar kita?
Constant Visualization. Visualisasi yang dilakukan berulang-ulang secara konstan adalah salah satu pintu menuju Unconcious.

Visualisasi
adalah proses menggambarkan sesuatu dengan jelas dan mendetail melalui imajinasi pikiran kita.
Visualisasikan apa yang Anda inginkan, visualisasikan diri Anda menjadi seperti yang Anda inginkan, visualisasikan jenis pekerjaan yang Anda inginkan, visualisasikan bagaimana Anda berjalan, berbicara, berbusana, bekerja, dan bersama orang-orang yang Anda inginkan.

Sejak 3 tahun yang lalu, saya secara rutin melakukan visualisasi. Saya selalu membayangkan diri saya sedang berbicara di depan umum, saya membayangkan diri saya sedang memberi materi dalam sebuah pelatihan. Karena itulah tujuan hidup saya, dan saya benar-benar membayangkan seakan-akan hal itu sudah benar terjadi. Saya merasakan perasaan senang luar biasa seakan saya benar-benar sedang berada di depan banyak orang yang sedang mendengarkan saya berbicara.

Apapun tujuan yang Anda inginkan, Anda selalu dapat memanfaatkan kekuatan alam bawah sadar Anda jika Anda melakukan visualisasi. Beberapa bulan yang lalu, salah seorang teman dekat saya memutuskan untuk melakukan diet. Saya memintanya untuk menerapkan visualisasi. Ia setuju dan berkomitmen untuk melakukan visualisasi minimal 2 kali sehari. satu kali sebelum tidur, dan satu kali saat bangun tidur.

Proses diet berlangsung selama 4 bulan, ia berolahraga tanpa kenal lelah, 6 kali dalam 1 minggu. 
Komitmen membuatnya bergegas ke lapangan, visualisasi membuatnya percaya diri dan yakin bahwa tujuannya dapat tercapai.
Saat visualisasi, ia membayangkan dirinya telah berhasil mempunyai berat badan ideal dan tubuh atletis impiannya, ia membayangkan secara detail bagaimana ia berjalan, ia membayangkan ia menggunakan kemeja baru yang pas di tubuh imajinasinya, ia membayangkan ia sangat percaya diri ketika bersama orang lain, dan ia merasakan rasa percaya diri bahkan setelah ia selesai bervisualisasi.
Hasilnya? 
Berat badannya turun sebanyak 35 kilogram. 
Saat ini ia tetap menjaga pola hidup sehat dengan berolahraga 2-3 kali seminggu.


Tidak ada yang gratis di dunia ini.
Apapun yang Anda inginkan, jika Anda mau membayar harganya, maka Anda akan mendapatkannya.
Anda bukanlah korban kehidupan, Anda-lah penguasa takdir Anda.



                   "I am not what happened to me. 

                                    I am what I choose to become" - Carl Jung


Senin, 08 Juni 2015

Takut Kehilangan

Beberapa hari yang lalu, saya dan kakak saya tidak sengaja sedang berbicara tentang kehilangan. Berawal dari kakak saya yang mengatakan sekaligus menyadarkan saya betapa seringnya saya sering kehilangan barang-barang pribadi saya. Handphone, laptop, dompet, sepatu, jaket, jam tangan, headset, dll. Semua itu adalah barang-barang yang pernah saya "miliki".

Namun bukan hal itu yang saya pikirkan, melainkan respon manusia ketika kehilangan sesuatu. Tidak hanya kehilangan barang pribadi, namun juga tentang kehilangan orang yang dicintai.

Mengapa bagi kebanyakan orang, kehilangan adalah momok yang sangat menakutkan?
Mengapa sebagian besar dari kita dapat melakukan hal-hal gila ketika kita kehilangan sesuatu? Bahkan tidak sedikit orang melakukan percobaan bunuh diri ketika ia kehilangan orang yang sangat dicintainya.

Saya dan Anda percaya bahwa setiap orang menginginkan kesenangan dan kebahagiaan. Bahkan ada yang berkata bahwa tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk mencari kebahagiaan dan terlepas dari penderitaan.

Saya setuju dan tidak menyalahkan hal itu. Namun, ada sesuatu yang perlu kita waspadai, dan hal itu adalah Attachment.

Keterikatan (attachment) adalah hal yang sangat berbahaya.

Kita terbiasa untuk mengikatkan diri kita pada sumber-sumber kesenangan kita, dari hal-hal sederhana seperti barang pribadi (handphone, mobil, pakaian favorit, dan berbagai aksesoris) hingga pada hal yang lebih kompleks seperti makhluk hidup (kekasih, sanak saudara, teman akrab, dan bahkan hewan peliharaan).


Kita terbiasa untuk mempunyai sebuah rasa kepemilikan terhadap segala sesuatu. Tidak peduli itu barang, maupun orang lain.


Apapun yang Anda pikir milik Anda tidak selamanya dan tidak ada jaminan bahwa hal atau orang itu akan selalu ada untuk Anda.

Jangankan orang lain yang tidak dapat anda kontrol, bahkan tubuh Anda pun tidak selamanya akan selalu seperti sedia kala.
Jika Anda tidak percaya, coba tanyakan pada orang yang kehilangan wajah cantiknya karena sebuah kecelakaan.
Coba tanyakan pada orang yang kehilangan kakinya karena sebuah penyakit dan harus di amputasi.
Coba tanyakan pada orang yang lumpuh karena terserang stroke.


Berusaha untuk memiliki sesuatu dan mengikatkannya pada diri sendiri bagaikan menggunakan ikat pinggang bom waktu. Cepat atau lambat Anda akan meledak bersama keterikatan Anda sendiri.

Ironinya, cinta berbalut keterikatan terhadap orang lain membuat kita merasa takut. bukannya merasa lega karena telah memiliki, kita malah takut akan kehilangan orang itu. Dan mulailah perilaku-perilaku pengamanan dikerahkan untuk menjaga "barang" nya dari sentuhan orang lain.

Alih-alih membuat orang yang kita cintai semakin nyaman dengan memberikan kebebasan, kepercayaan, dan cinta tak bersyarat, kita malah menghujaninya dengan peraturan, larangan, dan kecurigaan. Kemudian marah ketika pada akhirnya ia memutuskan untuk pergi. hebat bukan?

Coba kita simak sebuah cerita dibawah ini.

Pasutri yang kaya raya hidup bahagia bersama di Surabaya. Setelah istrinya melahirkan anak keduanya, ia mulai merasa cemas dengan perubahan yang terjadi dengan tubuhnya, ia tidak secantik dulu, dan ia mulai takut suaminya akan berpaling darinya. Parahnya, Sang istri baru tahu bahwa ternyata salah seorang pembantu rumah tangganya ada yang sangat mencintai suaminya. Pembantu ini selalu mencari-cari peluang agar bisa bertemu dan membantu apapun yang diperlukan suami.
Dan pada suatu hari, ketika pasangan ini hendak berangkat berlibur dengan mobil keluarga, Sang suami melupakan arlojinya dan turun dari mobil untuk mengambilnya di dalam rumah. Setelah suami masuk rumah, pembantu yang mencintainya melihat ada kesempatan agar bisa bertemu Sang suami tanpa ada istrinya, pembantu ini pun berlari untuk menyambutnya. Di sisi lain, Sang istri yang dibakar kecurigaan dan kecemburuan akhirnya memutuskan untuk turun dari mobil dan berlari ke rumah untuk memastikan suaminya tidak mencuri kesempatan bersama si pembantu. 
Sang istri dan pembantu sama-sama berlari.
Yang satu berlari karena takut.
Yang satu lagi berlari karena cinta.

Mungkin cerita diatas adalah anekdot biasa, namun maknanya sangat dalam. Menurut Anda, energi yang dimiliki dan disebarkan oleh rasa takut dan energi yang dimiliki dan disebarkan cinta lebih kuat yang mana?
Jawabnya adalah sama kuatnya.
Namun energi dari rasa takut adalah energi negatif. Sedangkan energi dari rasa cinta adalah energi positif.

Jika Anda mencintai seseorang, daripada Anda sibuk mengekang, mengintai, dan mencurigai karena takut kehilangan, berikanlah cinta yang tulus dan tak bersyarat (Unconditional Love) kepadanya.
Jika Anda mempunyai karyawan yang potensial, alih-alih Anda menahan ijazahnya, atau mengancam untuk memberi pinalti jika ia keluar dari perusahaan Anda sebelum jangka waktu minimal, berikanlah cinta yang tulus, puaskan kebutuhannya, tunjukkan kepedulian dan berikan apresiasi kepadanya. 

Karena ketika kita menyadari bahwa kita tidak memiliki apapun, kita tidak akan kehilangan apapun.

Dengan pola pikir demikian, perlahan fokus kita akan bergeser dari meminta dan menuntut kebahagiaan, menuju memberi dan menyebarkan cinta dan kebahagiaan. Dan saat hal itu tiba, semua orang akan berlomba-lomba untuk berada di dekat Anda dan memberikan diri mereka untuk Anda.

Pada akhirnya, jika memang Anda harus kehilangan seseorang yang Anda cintai, hal terbaik yang bisa Anda lakukan adalah menerima rasa sakit itu, dan membiarkannya pergi.
karena seseorang tidak akan meninggalkan rumahnya kecuali ia telah menemukan rumah yang lebih baik untuknya. Dan jika memang cinta, kita semua akan berkorban demi kebaikan orang yang kita cintai. Walaupun itu berarti membiarkannya pergi.

Keterikatan adalah racun bagi pikiran manusia yang perlahan akan merenggut kedamaian pikirannya.
Melekatkan diri pada kebahagiaan adalah perbuatan sia-sia.
karena kebahagiaan dan penderitaan akan selalu datang di kehidupan kita seperti siang dan malam.
Dan layaknya seseorang yang lebih banyak mendapat pelajaran dan insight ketika merenung di malam hari, saya percaya bahwa manusia lebih banyak mendapat pelajaran hidup ketika sedang mengalami penderitaan.


                                     Fear is not real. it is a product of thoughts you create. 
                                               Danger is very real, but fear is a choice.