"Tidak ada cara yang lebih cepat untuk mengusir orang lain dari hidup Anda selain sikap yang hanya mementingkan diri sendiri saja"
Mungkin Anda tahu bahwa pernyataan diatas benar, mungkin Anda juga tidak menyukai orang yang selalu mementingkan diri sendiri. Namun apakah Anda tahu apa yang mendorong seseorang untuk bersikap seperti itu?
Ego. Itulah istilah untuk menjelaskan dorongan-dorongan survival yang dimiliki setiap manusia untuk memastikan agar dirinya tidak binasa. Di zaman dahulu, orang-orang yang kuat adalah orang yang mampu berburu, membangun rumah yang aman, kemudian berkeluarga. Berbagai ancaman berbahaya dari hewan buas selalu mengintai di luar rumah. Karena demikian, itulah saat-saat dimana ego berperan sangat besar dalam perkembangan kehidupan manusia.
Pada zaman itu, orang-orang primitif yang laki-laki memamerkan ototnya untuk menunjukkan seberapa kuat diri mereka agar orang lain mau menjadi bagian dari pasukannya. Sedangkan yang perempuan memamerkan kemolekan tubuhnya agar para pria yang kuat mau memper-istri-nya dan menjadikannya ibu dari anak-anaknya. Semua itu dilakukan untuk satu hal, bertahan hidup (survival).
Saat ini, dimana ancaman dari hewan buas sudah tidak terlalu mengancam peradaban kita, dorongan yang dimiliki manusia untuk bertahan hidup ternyata tidak berkurang sama sekali. Kita masih sama takutnya untuk tidak memiliki teman seperti ketika orang-orang primitif takut akan mati karena tidak memiliki teman yang menjaganya dari hewan buas.
Sangat wajar jika seseorang takut tidak memiliki teman, karena hal itu menyangkut keberlangsungan hidup manusia. Namun, apakah Anda tahu bagian yang paling menyedihkan? bahwa sebenarnya kita masih menggunakan cara yang sama untuk mencari teman dengan para orang-orang primitif! Kita memang sudah tidak memamerkan otot-otot dan kemolekan tubuh kita (walaupun sebagian orang masih ada yang cukup primitif untuk melakukan itu) untuk menarik perhatian orang lain. Saat ini kita melakukannya dengan berbagai cara yang jauh lebih halus.
Memamerkan materi telah menjadi sarana yang paling akrab kita jumpai di peradaban kita saat ini bukan? Walaupun di era informasi ini cara kita show-off atau pamer sudah diperhalus (contoh : meng-upload foto ketika sedang berada di restoran mewah, mengenakan pakaian mewah, di depan mobil pribadi yang mewah), entah disadari atau tidak, perilaku-perilaku ini adalah perilaku yang sama dengan yang orang-orang primitif lakukan, ya! untuk menarik perhatian orang lain dan membuat mereka tertarik menjadi teman kita karena kelebihan dan kekuatan yang kita miliki.
Saya tidak ingin menghakimi perbuatan tersebut baik atau buruk, saya mengerti bahwa semua orang melakukannya, saya juga pernah melakukannya, untuk sekedar memuaskan hasrat ego kita.
Jika dipikir-pikir, sebenarnya yang kita butuhkan hanya satu, memiliki seorang teman!
Ego adalah sisi "Sang Aku" pada diri manusia.
Ego membuat kita ingin dihormati, dipuji, dan diagung-agungkan.
Ego membuat kita merasa bahwa kita adalah pemeran utama dari kehidupan ini.
Ego membuat kita sangat haus perhatian.
Ego membuat kita selalu merasa benar.
Ego membuat kita hanya memikirkan diri sendiri saja.
Jika dipikir-pikir, sebenarnya yang kita butuhkan hanya satu, memiliki seorang teman!
Namun ego yang sebenarnya didesain untuk menjamin keberlangsungan hidup manusia sebagai "binatang sosial" malah dapat menjadi senjata makan tuan jika tidak dijinakkan.
Menurut saya, tidak ada yang lebih menyebalkan daripada harus bersama orang-orang yang dibutakan ego.
Isi pembicaraan orang-orang yang dibutakan ego selalu tentang Aku, Aku, dan Aku. Duh!
"Para individu yang tidak tertarik pada sesama manusia lah," tulis psikolog terkenal dari Wina, Alfred Adler, "yang mengalami kesulitan terbesar di dalam hidup dan menimbulkan kerusakan terbesar untuk orang lain. Dari individu-individu semacam itulah, seluruh kegagalan manusia berasal."
Saya pernah bertemu dengan orang yang sangat sukses di hidupnya, tidak hanya sukses secara karir, namun juga aspek-aspek lain dalam hidupnya. Saya sudah lama mengagumi orang ini lewat buku dan artikel-artikel yang ditulisnya. Berikut cerita pertemuan saya dengannya.
Saat itu saya berada di parkiran Food Festival Surabaya bersama teman-teman saya yang hendak mencari makan disana. Ketika hendak berjalan, saya tidak sengaja menemukan sosok orang yang familiar sekali baru keluar dari mobilnya. Wajahnya tersenyum pada apapun yang beliau lihat. Karena beliau terlihat sangat ramah, maka saya memutuskan untuk meminta teman-teman saya meninggalkan saya dulu dan nanti saya akan menyusul mereka lagi di tempat makannya.
Tidak butuh waktu lama saya langsung berlari dan menyapa pria berumur 40-an ini dan memperkenalkan diri saya sebagai pengagumnya.
Responnya sungguh tidak bisa saya bayangkan, saya tidak pernah menyangka orang yang sudah sangat sukses itu menerima saya dengan senang hati, malah, ia mengajak saya makan bersamanya di stan sate favoritnya. Ternyata walaupun saat ini beliau tinggal dan hidup di Jakarta, beliau adalah orang yang dibesarkan di Surabaya.
Kemudian sebelum saya dapat berkata-kata lagi, beliau mulai bertanya kepada saya... Kau besar dimana? Kuliah dimana? Fakultas apa? Siapa nama adik dan kakak-kakakmu? Mimpimu apa?
1 jam terasa seperti 5 menit ketika saya bersama orang ini. Setelah pertemuan itu selesai saya merasa begitu tinggi, tinggi sekali, seakan saya adalah orang paling hebat sedunia!
Dengan cara yang halus dan sederhana, beliau telah meninggikan dirinya sendiri di dalam benak saya. Saya mendapatkan pelajaran yang berharga sejak saat itu. Setiap orang ingin merasa penting!
Jika Anda sudah dapat menarik benang merahnya, ternyata cara paling efektif dalam mendapatkan teman di zaman sekarang adalah benar-benar kebalikan dari cara yang dilakukan orang-orang primitif.
Alih-alih berusaha membuat orang lain tertarik kepada Anda, tertariklah kepada orang lain.
Alih-alih berusaha menunjukkan kelebihan diri sendiri, tunjukkanlah kelebihan diri orang lain.
Alih-alih bercerita banyak hal tentang diri sendiri, buatlah orang lain bercerita tentang dirinya dan dengarkan dengan sepenuh hati Anda.
Alih-alih berusaha untuk membuat orang lain tahu seberapa penting diri Anda, buatlah orang lain merasa penting. Karena pada dasarnya kita menyukai orang-orang yang menyukai kita.
Ada pepatah lama yang menurut saya masih signifikan hingga sekarang, "Siapa yang mengagungkan dirinya akan direndahkan, dan siapa yang merendahkan dirinya akan diagungkan"
Hanya ada 2 kemungkinan yang akan terjadi dari setiap pertemuan Anda dengan orang lain. Mereka menjadi merasa sedikit lebih baik, atau sedikit lebih buruk. Anda mempunyai kuasa dan pilihan untuk membuat orang lain merasa sedikit lebih baik mengenai dirinya ketika bertemu Anda. Jika Anda tidak berusaha membuatnya merasa lebih baik, maka bisa dipastikan mereka merasa lebih buruk setelah bertemu Anda.
Dan jika saya bertanya siapa yang ingin Anda temani, antara orang hebat yang selalu mementingkan diri sendiri saja, atau orang biasa saja yang selalu membuat Anda merasa penting?
Kalau begitu, apa lagi yang Anda tunggu untuk memulai membuat orang lain merasa penting?
"It is the individual who is not interested in his fellow men who has the greatest difficulties in life and provides the greatest injury to others. It is from among such individuals that all human failure spirng" - Alfred Adler